Sedari awal, menantang diri sendiri untuk membuat full remote company. Semua karyawan kerja from anywhere. Terinspirasi gitlab, dengan ribuan orang karyawan kerja remote, tanpa office, cek di sini. “Gitlab bisa lhoh, mestinya bisa juga nih diterapin, sudah ada cetak birunya!” begitu suara hati songongku.
Tim Dev – Remote
Tim pertama di Kledo itu tim Dev, so tim ini yang tentunya jadi kelinci percobaan full remote. Awalnya dibuat tim dev full remote, tapi harus se-kota. Ternyata malah ambyar. Coba lagi full remote dengan term kota tempat tinggal bebas, jam kerja bebas, ee ternyata malah jalan. Sampai sekarang tim dev dengan total hampir 20 kepala berhasil menelorkan software akuntansi hebat dan software payroll hebat dengan sebagian besar belum pernah bertatap muka luring.
Tim Content – Remote
Tim berikutnya di Kledo itu tim Content. Seperti harapan, tim content dan digmar juga dengan sangat smooth kerja remote. Tim ini terbukti berhasil, karena hampir semua lead dihasilkan oleh tim content yang sangat luar biasa ini. Begitu banyaknya growth lead hingga mengantarkan kledo ke 1000+ customer pertama.
Tim Layanan – WFO
Giliran masuk ke tim layanan, idealisme full remote mulai goyah. Tim Customer Support, Customer Success, dan tim Sales pernah dicoba remote, tapi entah mengapa ambyar berkeping-keping. Ada pelanggan nanya customer support, eee yang bertugas sedang disuruh simbok nya angkat galon aqua :D. Adaaaa aja problemnya.
Akhirnya dicoba tim layanan full office, dan ternyata performa meningkat 90.567%! (*angka ngasal 😀
Nhah, disimpulkan tim layanan harus berkantor, layaknya mbak-mbak SCBD.
Work From Office tanpa Office
Problem berikutnya, kan ga punya office, trus gimana? Yaa solusi paling gampang taruh deh ke salah satu mezanin kosong di rumah lt.2. Dari ukuran 3×4 meter, 2 bulan kemudian diperlebar jadi 3*8 meter, sampe dalam beberapa bulan kemudian dah sumpek minta ampyun. Tapi ini solusi paling murah dan paling logis saat itu.
Sekian bulan berlalu, tampaknya tambah ga manusiawi kalau terus berkantor di lt 2 rumahku ini. Jadinya, terbesit ide untuk menyulap salah satu rumah yang rencananya mau buat bikin homestay, dijadikan kantor. Lumayan lah diharapkan bisa menampung belasan kepala tim hebat.
Sekian bulan di permak, akhirnya jadi juga penyulapan homestay menjadi kantor. Begini penampakannya bulan Desember 2021, beberapa hari setelah angkut-angkut meja dan kursi.
Problem Berikutnya
Skip skip 1 tahun kemudian, hari ini, Desember 2022, mulai kurang manusiawi juga ini kantor semi homestay nya. Kalau jam kerja, pas semua tim ber-zoom ria sama customernya, serasa pasar bubrah.
Solusinya?
Bingung juga 😀 Mungkin ini gap yang perlu diisi lagi, baca di sini.
Tunggu postingan berikutnya aja deh.
Foto by Desi 😀
Banget 😀
Mas Ogi, blog yang sangat menginspirasi. Kebetulan saya baru selesai gmeet dengan salah satu support staff anda menanyakan fitur fitur yang ada di Gajihub karena perusahaan saya berencana untuk migrasi dari Talenta.
Gue baru ngeh background kayu di gmeet tersebut setelah melihat proses video call dari ‘kantor’nya.
Ada beberapa fitur yg masih belum sesuai ekspektasi saya dan tim HR, tapi saya yakin anda dan tim anda orang2 hebat. Saya sangat menyukai UI dan UX dari Gajihub (oke mungkin di bagian mobile app masih perlu banyak pembenahan).
Kami masih dalam proses evaluasi beberapa app alternatif dari Talenta, dan Gajihub merupakan salah satu favorit kami. Semoga dapat bekerjasama untuk onboard 45 karyawan di perusahaan kami.
I think we shared a lot in common especially the pain and journey in growing startup. Sukses selalu
Cheers!
Leo
Luar biasa sekali mas. Mohon banget banyak masukan dan kritikannya.